Senin, 16 April 2012

We are always be 7 CimoL :')

Sebentar lagi, 'mungkin' anak-anak 7c akan pisah. Soalnya habis ini kita kelas 8. Hmmm.... Bakal gak ada tawa canda lagi yang khas 7C. Kalo ditanya perasaanya. Ya pasti sedih lah. Mungkin karena kita udah merasa cocok. Tapi, gimana lagi. itu dah ketentuan sekolah. Meski begitu, kita, anak-anak 7c akan selalu menjadi 7c yang ceriaa :D
#gak jelas ya, maaf.

Kamis, 01 Maret 2012

Penghuni Seven CimoL

7 C, dan nama panggilannya dari penghuni 7C. Tapii, tulisannya kecil-kecil ya teman-teman :D

Berikut adalah nama dari Penghuni SEVEN CIMOL dan tanggal lahirnya , urut dari absennya :


1. Adista Fadilah                     : 11 Agustus 1998            
2. Agata Intan Febriani         : 10 Februari 1999
3. Akhmad Dimitri B             : 21 Agustus 1999
4. Anadiah Salsabila V           : 8 Desember 1999
5. Anindya Padmasari            : 2 Desember 1999
6. Ardiansyah                         : (menyusul, gak tau :D )
7. Aryo Junyanto                   : 1 Juni 1999
8. Asca Nuranna Putra          : 19 Maret 1999
9. Bisma Rakha                       : 25 Februari 1999
10. Chandra Alfian P             : 11 Maret 1999
11. Farisa Firosyida                  : 8 Maret 1999
12. Febby Dwi Nur A              : 9 Februari 1999
13. Ghavrila Yulinar T            : 29 Juli 1998
14. Irza Sanika Aulia               : 27 April 1999
15. Jaslin Bonita A                  : 19 Juli 1999
16. Melinda Ayu A                 : 20 Mei 1999
17. Muhammad Aulia S.H     : 25 Maret 1999
18. M. Naufal Refadi              : 23 April 1999
19. M. Suffian E                      : 4 Januari 1999
20. M . Wahyu F                   : (menyusul jugaa..)
21. Nadiah Arif F                    : (menyusul yaa :D )
22. Niken Rafifta I                 : 21 Mei 1999
23. Nur Shafira Dwi P            : 13 Januari 1999
24. Rifqah Dita N                   : 20 November 1998
25. Sasi Waliyul A                 :11 Januari 1999
26. Silvania Izzati A               : 29 Maret 1999
27. Talitha Nurul Izza           : (menyusul yaa :))
28. Tri Kurnia Pramita          : 29 November 1998
29. Wildan Tsabat F               : 16 Desember 1998
30. Yulinar Ayu P                  : 5 Juli 1998

#Tarattt!! Itu penghuni 7C! ada yang belum,ntar nyusul , oke oke. Oiya, walikelas 7C adalah Ibu Sri Mudji Utami , S.Pd sekaligus guru Biology kami :)

Out Door

Ye... Bentar lagi kita mau out door tepatnya pas hari Rabu tanggal 7 Maret 2012. Pasti nanti kita foto-foto lagi yang buanyak sekali. Tunggu ya! :)

Car Free Day , 25 Februari 2012

Ini Foto waktu 7 CimoL Car Free Day di ... *lupa eh*
Di edit, jadi tambah gelap ya teman-teman? :D


Wah, siapa tuh yang pakai baju merah? #ups

Di Jembatannn :)
Ngapain yah itu?
Wahh, ini "Irza Sanika Aulia" dan beberapa teman lainnya ., eciyee #loh?

ngapain itu?
Haha, kena foto pas pose yang aneh :D













 Pose (ekspresi alias gaya) apa ya? Haha, 7C LUCU! :D

































  Haha, bagus gak? Lucu-lucu ya? Haha, keren dehh,,,
SEVEN C IMoetts Lhoo! Hahaha, ya gak? :p





Ini, Car Free Day (foto) kami. Makasih lohh yang baca / yang lihat, bagus kan? Iyakan? #meksa :D

Sabtu, 11 Februari 2012

..Surat..

Istimewa utk yg teristimewa :)
Ia menjinjing surat itu. Begitu terbimbingnya hingga tak ada satu pun bagian yang terlipat saat ia masukkan ke sakunya.
“De, ada terlalu banyak hal yang masing-masing dari kita tak dapat, bahkan tak mungkin mampu tahu. Ini bukan lagi keniscayaan..”
“Lagi-lagi keniscayaan.” sindirku memotong dialog siang itu.
Ia duduk bersila menyandar di dinding. Padahal betul-betul dingin dinding itu. Aku lebih merasa aman dengan tidak menyandar, sekaligus tidak langsung berhadapan dengannya.
“Diam dulu! Seminggu ini aku lagi gandrung dengan kata ’niscaya’. Dua minggu yang lalu, kau pun telah tahu, aku gandrung kata ’mungkin’. Seperti ada relasinya. Tapi lebih dari itu, kau menganggap dua kata itu layak disebut cermin.”
“Cermin?”
“Aduh.. Hentikan memotong omonganku! Itu kebiasaan buruk.”
Begitulah. Rawe tak suka perkataannya macet di jalan. Ia ingin sampai dulu. Baru memarkir mulutnya untuk mendengarkan mulut yang lain lewat. Ia pendengar yang baik. Dan ia juga pembicara baik, meski seringkali berlebihan. Rawe. Sesuai namanya, ia payah. Pemuda yang payah-kepayahan. Ia mudah capai. Tapi tak pernah capai bila ngomel. Must go on. Monolognya harus terus berjalan. Bila perlu memutar bila memang agak buntu.
“Mungkin dan Niscaya sepertinya telah ditakdirkan untuk aku cintai dua minggu pertama bulan ini. Aku prediksikan minggu depan aku akan menyukai kata Tuhan.”
“Eitss… Kali ini mau nggak mau aku harus memotong.”
“Why?”
Aku diam.
“Jawab!”
“Sebentar! Aku sedang mengingat kapan terakhir kali kau menyukai kata Tuhan.”
“Februari minggu ke-4.”
“Ahh…! Itu dia! Dua bulan lalu!
“Memang! Tapi beda.”
“Kok?”
“Saat itu aku suka tuhan. Dengan t kecil.”
“Sekarang?”
“T besar!!”
“Tapi tetap kecil. Perihal ukuran kan?!”
“Bukan. Mengenai konsep. Kali ini dengan T besar. Coba berapa kali Tuhan dibesar-besarkan umat-Nya setiap harinya?”
“Sering.”
“Terlalu sering, bukan?!”
“Surat itu?”
Rawe diam. Kini dia seperti menggigil. Aneh. Rambutnya ia sepoi sedikit ke barat. Melawan arus angin. Ia gemeretakkan jari-jarinya. Suaranya cukup mengganggu. Apalagi tak lama itu dengus napasnya memanjang. Lidah itu kini berhenti. Kelunya hampir menyudut di bibirnya. Ah… Kini ia menerawang. Terawangannya tak dapat jauh. Langit atap membatasi mata sipit itu. Ia bangkit. Membetulkan kolor celana dan (sekali lagi) rambut berkondisioner itu, kali ini agak kencang. Melajulah ia ke jendela. Memandang keluar sebentar. Lalu dibikin tutup olehnya. Grendelnya mengencang. Ia tarik paksa. Berhasil!
“Deka.”
Ia memanggil namaku, sering ia begitu, tak hapal dengan nama lengkapku. Padahal aku gandrung dengan nama lengkapku.
“Ratna.”
Tuhan! Ia menyebut nama itu. Sesiangan ini akan terasa panjang karena tak ada yang bisa kukerjakan, kecuali bikin dengar ocehan hatinya. Maklumlah! Kalau ada kode kata ’ratna’ pada permulaan ia bicara, maka seolah hari bertambah dua jam tiap menitnya.
“Surat itu dari Ratna.”
“Telegram?”
“Pos. Kilat.”
“Teruskan!”
“Belum kubaca. Sama sekali. Aku tahu ini akan terjadi, tapi tak sangka akan secepat ini.”
Aku memilih diam. Ia keluarkan surat itu. Lebih hati-hati daripada masuknya.
“Belum kau buka?”
“Belum.”
“Bodoh!”
Rawe diam.
“Siapa yang memberikannya padamu?
Rawe diam, tapi aku tahu jawabnya.
Rawe menarik panjang dadanya, napasnya, dan beberapa persendian kaki-tangannya.
“Tadi pagi aku menerimanya. Dan, tentu, tiba-tiba pagi tak pagi lagi. Kenapa sekian lama?!”
”Maaf... Aku potong... Buka saja dulu! Baca! Jangan menduga-duga! Tak baik.”
Matanya menyergap ke mataku. Lalu sekilat-kejap menuju ke surat itu. Kini tangannya yang bekerja. Cuih! Gesit amat tangan itu. Dan....
”Surat kosong?! Ratna bersenda denganmu.”
”Bukan!” Ia menyalak padaku. Matanya meruncing. " Ini pertanda, tak ada lagi diriku di matanya."
Sore ini terasa begitu terkesiap. Matahari tenggelam.
 
pukul: 13.55, duabelas januari duaribuduabelas,
oleh: Prita Pramitha :)

Minggu depan.. bebas MATEMATIKA,, :)

Jumat, 10 Februari 2012

Goes to Singapore

Besok ada 2 anak yang mewakili kelas 7c ke Singapura.
semoga dapet ilmu yang bermanfaat.
dan jangan lupa "oleh-olehnya" ya.... :D